Minggu, 31 Juli 2016

Kini..
Telah lah tiba kita di persimpangan.
Dengan cahaya lilin yang terjaga manja oleh tangan, kita masih percaya akan selalu ada harapan.
Seperti nelayan rindukan suar setelah hujan badai. Atau mungkin seorang asing yang gontai dalam perjalanan pulang.
Kita pun tidak selalu mengerti bagaimana kisah ini berawal, dan atas alasan apa kita harus melewatinya.
Akan tetapi, keberadaan memihak kita untuk terus mencari hingga sejauh mana bisa memahami liku perjalanan.
Kita mungkin tersesat, atau saja perjalanan mengaburkan sesuatu yang telah diketahui sejak awal, tetapi yang kita lakukan adalah tidak boleh menoleh ke belakang.
Hingga perjalanan terus memaksa kita berjalan betapapun pelik terasa semua akan menuju ke persimpangan. Karenanya adalah jalan tak berarah, pencarian yang tak terfikirkan, dan sebuah pengasingan yang kita rasa pernah melewatinya.

Sabtu, 30 Juli 2016

Kau telah gulirkan satu-satunya waktu yg kumiliki. Aku tertegun memilu kalbu, entah karena sendu, atau sekedar memecah rasa yg mengharu-biru. Semua bisu ketika aku mengaku rindu, setiap orang memilih terpaku seakan aku yg keliru.
Aku tak mungkin meminta kau mengembalikan waktu. Kau pun tak bisa merelakan apa yg kau kira pilu. Karena apapun yg terlewati, sekalipun waktu ingin kita kembali bertemu, tetap saja waktu hanya mampu memulihkan ragu.

Rabu, 29 Juni 2016

Pernah kurasakan segala rindu.. bertalu-talu sepahit manis empedu.. laksana sendu pejalan rimba yang berserakan memampukan diri menjadi satu mengiring nyanyian rumah yg merdu.. aku melihat awan kemerahan melukiskan harapan.. entah sebagai penghibur atau penyambung asa di pelupuk mata.. kekasih.. adakah yang lebih besar dari harapan? Ataukah hanya terbatas kemampuan? Menyerahlah pada ketiadaan, biarkan jiwa menjelma peranan.. rengkuh aku di singgasanamu.. di atas awan kemerahan, bertabur jingga sabda sang alam..